3 Maret 2022 6:22 pm

Serangan Jantung

Serangan Jantung

Pengertian Serangan Jantung


Sindrom koroner akut atau serangan jantung adalah gangguan jantung serius ketika otot jantung tidak mendapat aliran darah. Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dalam dunia kedokteran, serangan jantung disebut juga sebagai infark miokard.

Serangan jantung terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke otot jantung. Penyebab utama kondisi ini adalah penyakit jantung koroner, yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang memasok darah ke jantung (pembuluh darah koroner), akibat timbunan kolesterol yang membentuk plak di dinding pembuluh darah.

Kondisi ini diperparah dengan terbentuknya gumpalan darah, yang dapat menyumbat total pembuluh darah dan menimbulkan serangan jantung.

Untuk lebih memahami penyakit jantung dan kardiovaskuler silahkan klik tautan berikut ini : PENYAKIT JANTUNG & KARDIOVASKULER

Gejala Serangan Jantung


Serangan jantung bisa muncul secara mendadak dengan beberapa gejala berikut:
  • Nyeri dada seperti tertekan atau tertindih. Gejala ini dapat menyebar ke daerah leher, rahang, lengan, atau punggung.
  • Sesak napas.
  • Keringat dingin.
  • Pusing.
  • Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, atau sakit perut.
  • Merasa sangat gelisah dan cemas.
  • Penurunan kesadaran.

Namun, serangan jantung tidak selalu muncul mendadak. Terkadang, beberapa hari atau beberapa minggu sebelumnya, penderita sudah merasakan nyeri dada (angina) yang muncul saat penderita beraktivitas dan mereda saat beristirahat. Penderita serangan jantung juga bisa tidak mengalami gejala sama sekali, terutama pada penderita diabetes, wanita, dan lansia.

Kapan Harus ke Dokter


Serangan jantung adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya. Segera pergi ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit terdekat apabila mengalami gejala serangan jantung.

Bila Anda menemukan orang yang tidak sadarkan diri dan mengalami henti jantung (tidak ada detak jantung dan denyut nadi), segeralah panggil bantuan. Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama berupa cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP).

RJP dilakukan dengan meletakkan telapak tangan pada bagian tengah tulang dada. Letakkan tangan yang satu lagi di atasnya dan kaitkan jari di sela-sela jari tangan lainnya. Tekan dada penderita sedalam 5-6 cm, dengan kecepatan 100-120 kali per menit. RJP sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah pernah mendapatkan pelatihan.

Pada beberapa orang, gejala angina dapat mendahului gejala serangan jantung. Konsultasikan dengan dokter jantung bila muncul gejala angina, sebelum muncul serangan jantung yang dapat berakibat fatal.

Penyebab Serangan Jantung


Serangan jantung terjadi karena pasokan darah ke otot jantung terganggu. Jantung secara konstan membutuhkan pasokan darah yang mengandung oksigen, sama halnya dengan organ dan jaringan lain di dalam tubuh.

Jika jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup, otot-otot jantung akan rusak dan akhirnya jantung tidak dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Di bawah ini adalah penyebab terjadinya serangan jantung:
  • Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama dari serangan jantung. Penyakit jantung koroner adalah kondisi di mana satu atau lebih pembuluh darah yang memberi pasokan darah ke jantung (pembuluh darah koroner), tersumbat oleh penumpukan plak kolesterol (aterosklerosis) dan gumpalan darah.
  • Penyalahgunaan NAPZA. NAPZA, seperti kokain, amphetamine, dan methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah koroner hingga memicu serangan jantung.
  • Kurangnya oksigen dalam darah (hipoksia). Kadar oksigen dalam darah bisa menurun akibat keracunan karbon monoksida atau kerusakan fungsi paru-paru. Akibatnya, otot jantung akan kekurangan oksigen dan terjadi serangan jantung.

Faktor Risiko


Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama terjadinya serangan jantung. Ada beberapa kondisi yang berisiko menimbulkan penimbunan lemak dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) pada penyakit jantung koroner, di antaranya:
  • Berusia lanjut (pria berusia 45 tahun ke atas atau wanita berusia 55 tahun ke atas)
  • Jarang berolahraga
  • Merokok
  • Menderita hipertensi
  • Menderita kolesterol tinggi atau trigliserida tinggi
  • Mengalami diabetes
  • Mengalami obesitas
  • Mengalami stres
  • Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami serangan jantung
Selain itu, risiko terjadinya serangan jantung juga lebih tinggi pada orang yang menderita penyakit autoimun, misalnya lupus dan wanita yang mengalami preeklamsia saat hamil.

Diagnosis Serangan Jantung


Orang yang mengalami gejala serangan jantung perlu segera dibawa ke IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan. Dokter IGD akan memastikan diagnosis dan melakukan pengobatan awal secepatnya. Ada beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan dokter untuk memastikan serangan jantung, antara lain:
  • EKG atau elektrokardiografi. Pemeriksaan rekam jantung atau EKG dilakukan untuk melihat aktivitas listrik jantung.
  • Tes darah. Tes ini bertujuan untuk memeriksa adanya protein penanda terjadinya serangan jantung dan mengetahui seberapa parah kerusakan jantung.
  • Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk mencari tahu penyebab lain munculnya gejala, seperti paru-paru yang terendam cairan (edema paru).
  • Angiografi koroner atau kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung bertujuan untuk mencari tahu apakah terdapat penyumbatan atau penyempitan pada arteri koroner, dan menentukan lokasi dari penyumbatan atau penyempitan tersebut.

Beberapa pemeriksaan lain yang dilakukan untuk menilai kemampuan jantung, setelah keadaan penderita sudah stabil, antara lain:
  • Ekokardiografi. Pemeriksaan USG jantung atau ekokardiografi ini dilakukan untuk mengetahui lokasi kerusakan pada jantung dan pengaruhnya pada fungsi jantung.
  • CT scan atau MRI jantung. Kedua prosedur pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk memeriksa gangguan pada jantung dan melihat kerusakan yang terjadi akibat serangan jantung.
  • EKG treadmill. Tes ini dilakukan beberapa hari atau minggu setelah serangan jantung terjadi, untuk mengukur respon kerja jantung dan pembuluh darah ketika beraktivitas.

Pengobatan Serangan Jantung


Setelah penderita mengalami serangan jantung, jaringan otot jantung dapat kehilangan oksigen dan akhirnya rusak dan mati. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah berlanjutnya kerusakan jantung adalah mengembalikan aliran darah secepatnya, baik dengan obat-obatan maupun operasi.

Obat-obatan


Berikut ini adalah obat-obatan yang akan diberikan untuk menangani serangan jantung.
  • Obat antiplatelet, seperti aspirin dan clopidogrel, untuk mencegah penggumpalan darah, sehingga darah tetap dapat mengalir melalui pembuluh darah yang mengalami penyempitan.
  • Obat pelebar pembuluh darah, seperti nitrogliserin, untuk melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah ke jantung.
  • Obat penghilang rasa sakit, seperti morfin, untuk meredakan nyeri yang dirasakan penderita.
  • Obat penghancur gumpalan darah, seperti streptokinase, untuk membantu melarutkan gumpalan darah yang menghalangi aliran darah menuju otot jantung.
  • Obat antikoagulan, seperti enoxaparin, untuk mencegah penggumpalan darah terjadi lagi.
  • Obat kolesterol, misalnya atorvastatin, untuk menurunkan kadar kolestrol.
  • Obat hipertensi jenis ACE inhibitor, misalnya ramipril, untuk melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah, sehingga mengurangi beban jantung.
  • Obat hipertensi jenis penghambat beta, misalnya bisoprolol, untuk menurunkan detak jantung dan mengurangi tekanan darah, sehingga meringankan kerja jantung.


Operasi


Berikut ini adalah prosedur operasi yang mungkin perlu dilakukan untuk menangani serangan jantung:
  • Pemasangan ring jantung (stent) atau angioplasti koroner
Pada prosedur ini, kateter dengan balon di ujungnya dimasukkan ke dalam pembuluh darah besar di selangkangan atau lengan. Lalu kateter akan diarahkan ke bagian pembuluh darah yang menyempit.
Setelah itu, balon akan dikembangkan untuk membuka pembuluh darah tersebut. Selanjutnya dokter dapat memasukkan ring atau stent untuk mempertahankan agar pembuluh darah tetap terbuka dalam waktu yang lama.
  • Operasi bypass jantung atau coronary artery bypass graft (CABG)
Operasi bypass jantung dilakukan ketika terjadi banyak penyumbatan arteri koroner atau saat arteri koroner bentuknya tidak normal. CABG dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru, yang diambil dari pembuluh darah lain di tungkai, sebagai jalur alternatif bagi aliran darah yang tersumbat.
Bila fungsi jantung tidak juga kembali normal dengan berbagai penanganan di atas, hingga mengakibatkan gagal jantung, dokter jantung dapat menganjurkan transplantasi jantung, yaitu mengganti jantung penderita yang sudah rusak dengan jantung donor.

Jantung donor yang masih sehat biasanya diambil dari pendonor, yaitu orang yang sudah meninggal, dengan persetujuan sebelumnya untuk mendonorkan organ, baik dari orang itu sendiri maupun keluarganya.


Pemulihan setelah Mengalami Serangan Jantung


Program rehabilitasi jantung akan dimulai sejak penderita berada di rumah sakit, hingga beberapa minggu atau beberapa bulan setelah penderita pulang ke rumah. Tujuan utama rehabilitasi ini adalah mengembalikan kebugaran fisik penderita agar bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari, serta mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan serangan jantung kembali.

Program rehabilitasi jantung ini terdiri dari beberapa jenis olahraga aerobik, seperti bersepeda, jogging, dan berenang. Untuk mengetahui program rehabilitasi jantung lainnya, penderita bisa menanyakan langsung ke dokter.
Ketika di rumah pun, penderita disarankan untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki jarak dekat dan naik-turun tangga. Selanjutnya, penderita dapat meningkatkan aktivitas fisiknya secara perlahan-lahan.

Selain melakukan rehabilitasi, berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan penderita ketika menjalani pemulihan dari serangan jantung:
  • Hubungan intim. Hubungan intim bisa dilakukan setelah penderita merasa sehat, biasanya 4-6 minggu setelah pengobatan. Hubungan intim tidak membuat seseorang berisiko mengalami serangan jantung berulang. Meski tidak memicu serangan jantung, perlu diketahui bahwa pria berisiko mengalami impotensi setelah serangan jantung, akibat stres dan kecemasan, serta efek samping obat-obatan yang dikonsumsi.
  • Gangguan mental. Setelah pulang dari rumah sakit, penderita dapat merasa cemas, takut, atau mengalami trauma akibat serangan jantung. Hal tersebut dapat memengaruhi kecepatan pemulihan. Oleh karena itu, penderita perlu berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan penanganan terhadap gangguan mental tersebut.
  • Kembali bekerja dan menyetir. Jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan sangat berpengaruh untuk menentukan kapan penderita bisa kembali bekerja. Penderita mungkin diperbolehkan untuk kembali bekerja setelah 2 minggu, atau justru diajurkan untuk mengganti jenis pekerjaannya. Diskusikan dengan dokter mengenai kapan waktu yang tepat untuk kembali bekerja. Tanyakan juga kepada dokter kapan Anda diperbolehkan untuk kembali menyetir. Biasanya, penderita sudah boleh kembali menyetir setelah 1-6 minggu.


Komplikasi Serangan Jantung


Serangan jantung bisa menyebabkan komplikasi yang beragam, mulai dari yang ringan hingga yang bisa menyebabkan kematian. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita serangan jantung:
  • Aritmia. Serangan jantung dapat merusak otot jantung dan mengganggu sinyal listrik yang berfungsi untuk mengontrol detak jantung, sehingga terjadilah aritmia. Aritmia adalah kondisi di mana jantung berdetak dengan tidak normal, baik terlalu pelan, cepat, ataupun tak beraturan.
  • Gagal jantung. Serangan jantung dapat memicu gagal jantung. Kondisi ini membuat jantung tidak dapat secara efektif memompa darah ke seluruh tubuh. Gejalanya berupa sesak napas, cepat merasa lelah, dan bengkak pada tungkai.
  • Syok kardiogenik. Syok kardiogenik terjadi ketika aliran darah ke seluruh tubuh sangat berkurang sehingga organ-organ tubuh tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini mirip dengan gagal jantung, tapi lebih berbahaya. Gejala yang muncul antara lain adalah kulit pucat dan sesak napas.
  • Jantung robek. Robeknya otot jantung atau katup jantung akibat serangan jantung sangat jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya. Komplikasi ini dapat muncul sekitar 1-5 hari setelah serangan jantung.


Pencegahan Serangan Jantung


Serangan jantung dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Cara yang bisa dilakukan antara lain:
  • Memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh dan serat. Makanan yang baik untuk kesehatan jantung antara lain adalah makanan tinggi lemak tak jenuh, seperti ikan, alpukat, atau biji-bijian; dan makanan tinggi serat, seperti nasi merah, gandum utuh, atau sayuran.
  • Mengurangi konsumsi gula dan garam. Konsumsi garam per hari yang disarankan adalah maksimal satu sendok teh. Sedangkan konsumsi gula per hari, maksimal 6-9 sendok teh.
  • Menangani diabetes dan hipertensi. Dengan mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah, risiko penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab utama serangan jantung juga berkurang.
  • Berhenti merokok. Merokok ikut andil dalam proses aterosklerosis di pembuluh darah.
  • Berolahraga secara teratur. Olahraga rutin dapat menjaga kesehatan jantung, serta menangani diabetes dan hipertensi.
  • Tidak menyalahgunakan NAPZA. Metamfetamin dan kokain dapat menyempitkan pembuluh darah jantung, sehingga timbul serangan jantung.
  • Mengelola stres. Pelajari teknik-teknik untuk mengontrol stres, seperti teknik relaksasi otot dan teknis pernapasan. Bila perlu, berkonsultasilah ke psikiater untuk mengatasi stres, karena stres merupakan salah satu faktor risiko serangan jantung.
Sumber : www.allodokter.com

Perlindungan kesehatan dengan pembayaran manfaat sesuai tagihan selengkapnya
Blog Post Lainnya
-
@2024 Digital Insurance Agent Inc.