4 Maret 2022 9:49 pm

Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit otak yang mengakibatkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan bicara, serta perubahan perilaku secara bertahap. Kondisi ini banyak ditemukan pada orang-orang di atas 65 tahun.
Penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Akan tetapi diduga Alzheimer terjadi karena pengendapan protein di dalam otak, sehingga menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel otak.

Gejala Penyakit Alzheimer

Gejala penyakit Alzheimer berkembang dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap akhir. Pada tahap awal, gejala penurunan daya ingat penyakit Alzheimer sulit dikenali, karena sering dianggap sebagai efek pertambahan usia.
Ketika memasuki tahap berikutnya, gejala akan mulai terlihat pada penderita. Kecepatan perkembangan gejala penyakit Alzheimer berbeda-beda pada tiap penderita, tapi umumnya gejala akan berkembang secara perlahan selama beberapa tahun.

Gejala Tahap Awal

Gejala utama penyakit Alzheimer adalah kehilangan ingatan secara perlahan yang bertambah parah seiring dengan berjalannya waktu. Di bawah ini adalah contoh-contoh gejala kehilangan ingatan yang sering dialami penderita penyakit Alzheimer tahap awal:
  • Lupa dengan nama benda atau tempat.
  • Lupa dengan kejadian-kejadian yang belum lama dialami.
  • Lupa dengan hal-hal yang belum lama dibicarakan dengan orang lain.
  • Kerap tersesat di tempat atau daerah yang sebetulnya sudah sangat dikenalnya.
  • Salah menaruh barang (misalnya menaruh piring di dalam lemari baju).
  • Lupa cara menggunakan suatu barang.
  • Kesulitan dalam menulis.
  • Sering mengulang pertanyaan yang sama.
  • Kesulitan merangkai kata-kata dalam berkomunikasi.
  • Terlihat kurang berenergi dan tidak antusias.
  • Tampak seperti mengalami depresi.
  • Enggan beradaptasi dengan perubahan.
  • Takut untuk melakukan hal-hal yang baru.
  • Sulit membuat keputusan dan mudah berburuk sangka.
  • Tidak tertarik dengan aktivitas yang sebelumnya disukai.
  • Lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, duduk, atau menonton televisi daripada mengobrol dengan keluarga atau bersosialisasi.

Gejala Tahap Menengah

Ketika memasuki tahap menengah, tingkat keparahan gejala penyakit Alzheimer yang sudah dirasakan sebelumnya akan meningkat. Penderita yang sudah memasuki tahap ini perlu perhatian ekstra dan perlu bantuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, misalnya mandi, berpakaian, atau makan.
Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap menengah:
  • Sulit mengingat nama anggota keluarga atau teman.
  • Mengalami masalah dalam berkomunikasi.
  • Perubahan suasana hati makin sering terjadi.
  • Sering gelisah, frustrasi, atau cemas.
  • Sering mengalami gangguan
  • Kesulitan mengatur waktu dan memecahkan masalah.
  • Mulai mengalami halusinasi atau delusi (waham).
  • Tampak bingung, misalnya tidak tahu di mana dirinya berada.

Gejala Tahap Akhir

Setelah gejala masuk ke tahap akhir, penderita penyakit Alzheimer membutuhkan pengawasan dan bantuan penuh dari orang lain untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Tidak hanya penderita, orang-orang di sekitarnya juga dapat merasa tertekan.
Di bawah ini adalah beberapa contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap akhir:
  • Penurunan daya ingat makin parah.
  • Kehilangan kemampuan berkomunikasi.
  • Kesulitan bergerak tanpa bantuan orang lain.
  • Buang air kecil atau buang air besar tanpa disadari.
  • Kesulitan untuk makan sendiri dan sulit menelan makanan.
  • Berat badan turun drastis dan mengalami infeksi kulit.
  • Halusinasi dan delusi memburuk, membuat penderita menjadi selalu curiga terhadap orang-orang di sekitarnya, bahkan sampai berlaku kasar.
Segera temui dokter saraf jika Anda mulai khawatir dengan penurunan daya ingat yang Anda rasakan.

Penyebab Penyakit Alzheimer

Hingga saat ini, penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Dari penelitian terbaru, diduga bahwa penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh pengendapan protein di dalam otak yang menghalangi asupan nutrisi ke sel-sel otak, sehingga sel otak menjadi rusak.

Kerusakan sel otak akan menurunkan kadar zat kimia di dalam otak, yang menyebabkan koordinasi antarsaraf otak menjadi kacau. Hal ini akan membuat penderita mengalami penurunan daya ingat dan perubahan suasana hati.
Kondisi ini berbahaya, karena lama-kelamaan sel otak akan mati, hingga pada akhirnya beberapa bagian otak akan menyusut, terutama bagian otak yang mengatur memori.

Faktor Risiko Penyakit Alzheimer

Meskipun penyebabnya masih belum diketahui, ada beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit Alzheimer, antara lain:
  • Lansia. Penyakit Alzheimer lebih rentan terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.
  • Wanita. Penyakit Alzheimer lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.
  • Pernah mengalami cedera kepala. Menurut penelitian, cedera kepala memiliki hubungan dengan penyakit Alzheimer.
  • Mengalami sindrom Down. Kelainan genetik yang menyebabkan terjadinya sindrom Down dapat menyebabkan penumpukan protein di otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
  • Memiliki gangguan kognitif. Orang-orang dengan kondisi ini memiliki masalah pada daya ingat, dan dapat memburuk seiring bertambahnya usia.
  • Genetik. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita penyakit Alzheimer lebih berisiko terkena penyakit yang sama.
Selain faktor-faktor di atas, risiko penyakit Alzheimer juga meningkat ketika memiliki penyakit jantung, jarang berolahraga, merokok, atau mengalami gangguan tidur, serta menderita diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, dan kolesterol tinggi.
Meskipun sebagian besar penderitanya berusia di atas 65 tahun, Alzheimer juga dapat terjadi pada orang yang berusia lebih muda, khususnya di atas 30 tahun. Oleh karena itu, dianjurkan untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat.

Diagnosis Penyakit Alzheimer

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar gejala yang dialami, penyakit yang diderita oleh anggota keluarga lain, obat yang dikonsumsi, serta gaya hidup.

Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait hal-hal di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan saraf dan mental. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai keseimbangan, koordinasi tubuh, refleks, pendengaran, penglihatan, dan kekuatan otot. Pemeriksaan tersebut juga akan menilai daya ingat dan kemampuan berpikir penderita, yang kemudian akan dibandingkan dengan orang yang seumur dan setara tingkat pendidikannya.

Untuk memastikan ada-tidaknya penyebab lain dari gejala yang dialami penderita, dokter akan menyarankan penderita untuk melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
  • Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kondisi lain yang menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau tampak kebingungan, misalnya kekurangan vitamin atau gangguan hormon tiroid, sifilis, HIV, dan radang otak.
  • Pemindaian otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan atau perubahan di dalam otak, dan memastikan penyebab dari gejala yang muncul. Metode pemindaian otak bisa dilakukan dengan CT scan atau MRI.
  • Pungsi lumbal. Pungsi lumbal dilakukan untuk mengambil cairan otak dan saraf tulang belakang, melalui celah di tulang belakang. Pungsi lumbal dilakukan untuk memeriksa apakah penderita mengalami infeksi otak.
Sebenarnya cara paling akurat untuk menentukan ada tidaknya penyakit Alzheimer adalah dengan memeriksa jaringan otak, namun hanya bisa dilakukan melalui autopsi setelah penderita meninggal.

Pengobatan Penyakit Alzheimer

Cara pertama yang dilakukan adalah memberikan obat-obatan yang mampu meredakan gejala dengan cara meningkatkan kadar zat kimia otak. Jenis obat-obatan yang diresepkan dokter adalah rivastigmine, donepezil, dan memantine. Obat ini digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer pada tahap awal hingga menengah. Memantine juga dapat diresepkan pada pederita Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.
Selain pemberian obat-obatan, psikoterapi juga dapat dilakukan untuk menangani penyakit Alzheimer. Terapi ini terdiri dari:
  • Stimulasi kognitif, yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
  • Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif, yang bertujuan untuk mengurangi halusinasi, delusi, kecemasan, atau depresi yang dialami oleh penderita.
Sampai saat ini, belum ada penanganan khusus yang terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer. Upaya penanganan yang dilakukan hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta memampukan penderita untuk hidup semandiri mungkin.

Lancar Beraktivitas dengan Penyakit Alzheimer

Jika Anda mengalami penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini, tips di bawah ini bisa dilakukan agar aktivitas berjalan lancar.
  • Buat catatan mengenai hal-hal yang ingin dilakukan dan tempel catatan tersebut di pintu, kulkas, atau di mana pun yang mudah terlihat.
  • Pasang alarm pada jam/ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang yang dipercaya untuk mengingatkan rencana kegiatan yang akan di
  • Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang tertentu di buku telepon dan di ponsel, serta simpan kunci di tempat yang mudah terlihat.
  • Atur tanggal secara tepat pada ponsel agar tidak lupa dengan hari, atau bila perlu, mulailah berlangganan surat kabar setiap hari.
  • Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar tidak lupa isinya, misalnya pada laci atau lemari makanan.
  • Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari diri dari terjatuh saat berjalan.
  • Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau bahkan ketakutan.
  • Atur letak perabotan rumah dengan baik agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

Komplikasi Penyakit Alzheimer

Penurunan daya ingat akibat penyakit Alzheimer dapat mengganggu pengobatan penyakit lain yang sedang dijalani oleh penderita. Hal ini disebabkan karena penderita umumnya tidak bisa:
  • Melaporkan adanya penyakit lain yang sedang diderita.
  • Berkomunikasi jika sedang merasa sakit.
  • Menjalani program pengobatan dengan baik.
  • Melaporkan adanya efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi.

Penderita penyakit Alzheimer tahap akhir juga akan mengalami kesulitan menelan, gangguan keseimbangan, dan kesulitan mengontrol buang air. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya komplikasi berupa:
  • Terjatuh dan patah tulang.
  • Kurang gizi dan dehidrasi.
  • Luka akibat terlalu lama berbaring di tempat tidur.
  • Tersedak sehingga menimbulkan gangguan pernapasan.
  • Penyakit infeksi.
Kurang gizi dan infeksi paru merupakan penyebab paling sering yang membuat penderita penyakit Alzheimer meninggal dunia.

Pencegahan Penyakit Alzheimer

Umumnya, orang-orang yang pikiran dan fisiknya selalu aktif, serta mereka yang suka bersosialisasi, tidak akan mudah terkena penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, seseorang yang berisiko terkena Alzheimer dianjurkan melakukan hal-hal menyenangkan yang dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran.

Banyak cara bisa dilakukan, misalnya dengan bermain musik, melakukan permainan yang dapat menstimulasi otak (misalnya mengisi teka teki silang), menulis, membaca, belajar bahasa asing, mengikuti kegiatan sosial, dan berolahraga. Jalan santai di pagi atau sore hari, berenang, tenis, atau bulu tangkis adalah contoh-contoh olahraga yang dianjurkan.

Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer. Jika seseorang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu, lakukanlah beberapa langkah pencegahan berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit Alzheimer.
  • Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta memiliki kadar lemak dan kolesterol yang rendah. Selain itu, perbanyak konsumsi buah dan sayuran.
  • Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman beralkohol.
  • Jika menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, konsumsi obat resep secara rutin dan jalani anjuran dokter dengan baik.
  • Jika mengalami kelebihan berat badan, turunkan berat badan dengan cara aman.
  • Periksakan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah secara rutin, agar gangguan tidak semakin parah.
  • Rutin berolahraga, minimal 2,5 jam dalam seminggu.
Sumber : www.alodokter.com
Blog Post Lainnya
-
@2024 Digital Insurance Agent Inc.