3 Maret 2022 6:03 pm

Kehilangan Pendengaran

Kehilangan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya disebabkan oleh faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras. Pendengaran bisa dikatakan terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.

Biasanya gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tapi hilangnya pendengaran bisa muncul tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan hingga 79 desibel masih bisa dikategorikan aman bagi telinga manusia.

Pada tahun 2012, WHO memperkirakan terdapat sekitar 360 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan pendengaran. Kawasan Asia Tenggara merupakan daerah yang tinggi jumlah kasus gangguan pendengaran dan ketulian, sehingga membuat WHO mencanangkan program Sound Hearing 2030. Hal ini bertujuan agar setiap penduduk memiliki kesehatan telinga dan pendengaran yang optimal pada tahun 2030. 

Di Indonesia sendiri, Komnas PGPKT atau Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian telah dibentuk pada tahun 2007 untuk merespon program WHO tersebut, dengan target penderita gangguan pendengaran akan tersisa 10% pada tahun 2030.

Gejala Gangguan Pendengaran


Gangguan pendengaran dapat terjadi tiba-tiba, tetapi seringkali terjadi bertahap dan tidak disadari pada awalnya. Beberapa tanda dan gejala awal gangguan pendengaran adalah:
  • Meminta orang lain untuk mengulang perkataannya.
  • Selalu kelelahan atau stres karena harus berkonsentrasi saat mendengarkan.
  • Menarik diri dari pembicaraan.
  • Kesulitan mendengar dering telepon atau bel pintu.
  • Menghindari beberapa situasi sosial.
  • Kesulitan mendengarkan perkataan orang lain secara jelas, khususnya ketika berdiskusi dengan banyak orang atau dalam keramaian.
  • Kesulitan mendengarkan huruf-huruf konsonan, misalnya “S”, “F”, dan “T”.
  • Mendengarkan musik atau menonton televisi dengan volume suara lebih keras dari orang lain.
  • Kesulitan menentukan arah sumber suara.

Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak sedikit berbeda dengan orang dewasa. Beberapa gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak adalah:
  • Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.
  • Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke arah sumber suara.
  • Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat berusia satu tahun.
  • Menyadari kehadiran seseorang ketika penderita melihatnya, namun acuh saat penderita dipanggil namanya.
  • Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara.
  • Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya.
  • Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras.
  • Memerhatikan orang lain untuk meniru sesuatu yang diperintahkan, karena ia tidak mendengar sesuatu yang diinstruksikan.
Segeralah berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas.

Penyebab Gangguan Pendengaran


Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran, di antaranya adalah:
  • Faktor usia. Kebanyakan orang akan mulai terganggu pendengarannya akibat bertambahnya usia. Gangguan pendengaran akibat usia dikenal dengan nama presbikusis.
  • Suara yang keras. Mendengar suara yang keras, baik mendengar suara yang sangat keras dan tiba-tiba, seperti suara ledakan, atau mendengar suara keras (tidak sekeras ledakan), seperti suara pesawat terbang, yang terjadi menahun, bisa membuat gangguan pendengaran.
  • Infeksi atau kotoran. Kondisi ini dapat menyumbat rongga telinga.
  • Trauma, terutama retaknya tulang telinga atau pecahnya gendang telinga.
  • Obat-obatan. Beberapa obat tercatat dapat menimbulkan gangguan baik sementara atau permanen, di antaranya aspirin, antibiotik streptomycin, dan obat-obat kemoterapi, misalnya cisplatin dan cyclophosphamide.
  • Penyakit. Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes dapat mengganggu suplai darah ke telinga.

Jika dibedakan dari bagian telinga yang terganggu, ada dua jenis gangguan pendengaran, yaitu:
  • Gangguan pendengaran (tuli) sensorineural. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel rambut sensitif yang ada di telinga bagian dalam atau rusaknya saraf pendengaran. Beberapa pemicu gangguan pendengaran sensorineural adalah faktor keturunan, cedera kepala, serangan stroke, penuaan, obat-obatan, mendengar suara keras.
  • Gangguan pendengaran konduktif, terjadi saat gelombang suara tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam. Beberapa penyebab gangguan pendengaran konduktif adalah gendang telinga pecah atau berlubang, pembengkakan dinding atau disfungsi pada saluran atau tuba eustachius (saluran yang menghubungkan rongga telinga dengan rongga hidung), kotoran telinga atau tumor jinak yang menyumbat, infeksi, dan masuknya benda asing ke dalam telinga.

Diagnosis Gangguan Pendengaran


Untuk mendiagnosis gangguan pendengaran, dokter akan melakukan beberapa hal berikut:
  • Pemeriksaan Telinga. Dokter akan memeriksa telinga untuk mencari penyebab gangguan, seperti kotoran telinga, infeksi, atau rusaknya gendang telinga. Pemeriksaan ini dapat dibantu oleh alat yang dinamakan otoskop.
  • Uji garpu tala. Selain bisa mendeteksi gangguan pendengaran, uji garpu tala juga bisa menentukan telinga bagian mana yang rusak.
  • Uji audiometri nada murni. Pada tes ini, sebuah mesin akan memproduksi suara dengan beragam volume dan frekuensi yang akan didengarkan oleh penderita melalui headphone dan akan meminta kepada penderita untuk menekan tombol bila mendengar suara tersebut.

Dari beberapa pemeriksaan tersebut, dokter akan mengetahui derajat ketulian yang dialami penderita. Ada empat tingkatan derajat ketulian, yaitu:
  • Tuli ringan. Biasanya penderita kesulitan menyimak perkataan dari lawan bicara yang ada di kejauhan dan di lingkungan yang berisik.
  • Tuli sedang. Penderita akan sulit mendengar lawan bicaranya pada jarak dekat.
  • Tuli berat. Penderita hanya dapat mendengar suara yang keras, seperti suara sirine.
  • Tuli sangat berat. Penderita hanya mendengar suara yang keras sekali dan diterima hanya sebagai getaran.

Pengobatan Gangguan Pendengaran


Cara pengobatan gangguan pendengaran tergantung dari penyebab serta tingkat keparahannya. Biasanya penderita gangguan pendengaran ditangani dengan:
  • Membersihkan kotoran yang menyumbat telinga.
  • Pembedahan. Langkah ini mungkin akan dilakukan jika penderita mengalami cedera telinga atau infeksi kambuhan.
  • Alat bantu dengar. Alat ini dapat membuat suara yang didengar oleh penderita menjadi lebih kuat dan mudah didengar.
  • Implan koklea, yaitu alat bantu dengar yang ditanam di bawah kulit di belakang telinga penderita.
  • Mempelajari bahasa isyarat dan membaca bibir. Jika penderita mengalami gangguan pendengaran berat atau mengalami ketulian sejak lahir dapat mengganggu komunikasi dengan orang lain. Dianjurkan untuk memahami bahasa isyarat dan membaca bibir untuk mempermudah komunikasi dengan orang lain.

Pencegahan Gangguan Pendengaran


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena gangguan pendengaran, yaitu:
  • Jangan memasukkan benda ke dalam telinga anak-anak, termasuk jari, korek kuping (cotton bud), kapas, dan tisu.
  • Menguji indra pendengaran secara berkala jika sering terpapar suara keras saat bekerja.
  • Menghindari kegiatan yang berisiko mencederai indra pendengaran, seperti berburu dengan senapan atau mendengarkan musik dengan volume yang terlalu keras.
  • Lindungi telinga saat berada di lingkungan yang berisik.
  • Gunakan headphone yang bisa menahan masuknya suara luar saat mendengarkan musik dengan headphone, sehingga volume suara tidak perlu terlalu besar.
  • Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala-gejala infeksi telinga atau gejala lain seperti telinga berdenging, agar penyakit ini tidak berkembang menjadi kehilangan pendengaran.
  • Jangan merokok, sebab menghirup asap rokok dapat membuat kemampuan pendengaran menurun perlahan.
Sumber : www.alodokter.com

Manfaat Perlindungan Kondisi Kritis PRUCerah selengkapnya
Blog Post Lainnya
-
@2024 Digital Insurance Agent Inc.